Wednesday, September 22, 2010

balada cinta monyet : Bemo... Oh... Bemo...

trouble maker by pratiwi hape at Wednesday, September 22, 2010 3 omelan

“Ada apaan sih rame-rame?”tanyaku pada salah seorang temanku yang juga ikut mengerumuni serta memeriahkan dalam acara membaca bersama di mading pagi itu.
“Ada pendaftaran anggota OSIS.”ujarnya lalu kembali melanjutkan membaca.
Aku mencoba menerobos kerumunan para pasukan putih-biru pagi itu didukung dengan rasa penasaran yang sangat kuat. Keberuntungan menjadi anak yang kecil adalah, kamu akan dapat menerobos dalam kerumunan dengan sangat mudah.




Aku tersenyum lebar tiga jari ala Indra Bekti. Sepertinya semua yang ada di kriteria yang terpamapang di situ Putri banget deh, kecuali belum menikah. Wahh aku kan sudah punya tiga anak. Seekor anak hamster yang bernama Jiun dan dua ekor ikan yang bernama tralala trilili. Hahaha, bercanda guys, mereka kan hewan piaraanku yang selalu menemaniku di saat aku susah mau pun gundah, heh ? apa bedanya?ckkckck.


“Lu tertarik, Put?”tanya Wulan. Aku tersenyum lebar lagi ala Indra Bekti, hmm...perasaan aku demen banget tersenyum tiga jari.
“Nyengir lagi lu, jelek tau.”kata Wulan.
Tiga anak masuk ke dalam kelas sambil membawa beberapa selebaran.
“Selamat pagi teman-teman.”
“Pagi!”hanya beberapa yang jawab, tidak termasuk saya. Sebagian besar masih sibuk dengan aktifitas mereka masing-masing. Ada yang sms’an, ada yang nggosip, ada yang ngerjain PR dengan cara ngelirik tugas temennya, ada yang baca buku, ada yang maen game, ada yang melongo, ada yang tidur, ada yang meanari-nari, ada yang nyanyi, ada yang ng’drum, ada yang maen gitar, ada yang maen piano, nah loh, ini kelas apa panggung konser?
Satu anak yang kurasa paling cakep diantara mereka (hore mamaaaa aku masih normal, bisa tau mana yang cakep ) berbicara panjang lebar di depan kelas, aku rasa sih tuh cowok menjelaskan tentang cara mengikuti open recruitmen OSIS yang tadi aku baca di mading, dan dua yang lainnya membagikan selebaran yang sama persis dengan yang ditempel di mading. Sepertinya ini bagian dari publikasi. Yeah, actually I do Love organization.
“Bagaimana, ada yang tertarik untuk mendaftar?”tanya cowok cakep itu yang tak sengaja kubaca nama dadanya. Muhammad Riza. Hmm...nama yang bagus, pikirku.
“Engga angkat tangan lu?”tanya Wulan.
“Sssttt...jangan di sini, ntar gue privat sama Kak Riza.”
“Huh, gaye lu.”
Siang itu udara sangat tidak bersahabat, cukup untuk membuat beberapa anak laki-laki melepas beberapa kancing baju teratasnya dan beberapa cewek yang bisa kubilang sangat endel yang selalu membawa kipas, bedak bahkan sisir mulai mempergunakan kipasnya untuk membuat suhu di sekitarnya agak sejuk. Aku sibuk memerhatikan beberapa anak cowok yang sedang maen basket, Si Wulan entah kemana. Anak itu engga beda jauh dari jelangkung, datang tak dijemput, hilang pun tak diantar.
Kulihat seorang cowok dengan nomor punggung 5 sedang mendrible bola menuju ring kemudian, yap! Bolanya terbang dan masuk ke dalam ring, aku memberikan applause. Semuanya hening dan seketika itu juga semua mata menuju ke arahku. Semoga saja mukaku engga berubah jadi tomat busuk. Maluuuuuu.
Namanya Dito, cowok berbehel dari kelas sebelah itu memang jago banget maen basket, dan siapa sih cewek di sini yang engga tergila-gila dengannya. Kalau aku? Hmm...normal donk bilang kalo Dito emang ganteng, keren, ohh My God aku bener-bener normal. Hahaha. Ehh, tapi bukan Dito atau pun Kak Riza sih sebenernya inti dari cerita ini.
Aku memberanikan diri menghampiri ruang OSIS, dengan sedikit dukungan dari Wulan sih. Meskipun tuh cewek bukan salah satu yang tertarik dengan organisasi tetapi sangat perhatian dan mendukung terhadap kawannya. Kulihat ruang OSIS agaknya sepi, perlahan kudekati pintunya dan mengetuknya.
“Eh, masuk, dek.”ujar seorang cowok berkacamata yang sedang asyik menulis. Kayaknya dia tau kalo aku anak kelas satu dari badge hijau yang kupakai, kulihat badge’nya berwarna kuning, murid kelas dua dengan nama dada “Fajar Adi Sasongko”.
“Ada keperluan apa?”tanyanya.
“Ngg...anu...kak...saya mau daftar.”jawabku. Gugup. Oh My God, bukan Putri banget nih. Apa karena cowok yang ada di hadapanku ini...tidaaaaaaaaaakk...aku tau mau berpikir lebih.
“Oh, ya...ya...boleh. Siapa namamu?”tanyanya sambil mengulurkan tangan. Anggap aja diajak kenalan, pikirku nakal.
“Putri.”
“Fajar.”katanya, “Oke, Putri. Kamu hanya diwajibkan mengisi formulir ini kemudian besok bawa kembali ke sini ya?”katanya lagi sambil menyerahkan selembar formulir. Aku tersenyum, “Oh, iya, lupa. Sekalian foto postcard 3x4 dua lembar berwarna ya.”
Hahaha. Anggap saja diajak kenalan dan dimintai foto sama cowok cakep.
“Ada yang perlu ditanyakan?”tanyanya.
“Eh, tidak, Kak terima kasih. Saya pergi dulu.”
“Sama-sama. Jangan lupa besok dikembalikan ya!”serunya.
Aku berlalu dengan wajah berbinar-binar.
“Kenape, Lu?”tanya Wulan.
“Want to know aja!”seruku lalu ngacir.
***

“Aaaaaaargh!!!!!!!!!”
“Sssssttt...pagi-pagi udah tereak-tereak.”kata Amel, adekku yang tengah asyik menata rambutnya di depan cermin. Kulirik jam dinding 06.15.
“Kenapa Lu kagak bangunin gue?”
“Yee...mana gue tau kalo lu sekolah. Gue kirain Lu libur.”katanya enteng sambil menorehkan bedak pada pipinya.
“Libur pale lu!”seruku misuh-misuh lalu beranjak menuju kamar mandi.
Ini gara-gara mimpi ketemu Nobita sama Doraemon terus berpetualang ke luar angkasa dan bertarung melawan alien alhasil tidur gue terlalu nyenyak dan alhasil lagi bangun kesiangan sehingga alhasil lagi harus melewatkan sholat subuh. Herannya orang rumah kayaknya pada engga sadar kalo anaknya yang paling cantik belum bangun dari sleeping beautinya.
“Kesiangan, ya?”tanya mama sambil tersenyum sambil mengolesi roti dengan selai dan memberikannya pada Papa. Tak kuhiraukan, ada anaknya kesiangan ehh mala senyam senyum sendiri.
“Putri berangkat! Assalamualaikum!”seruku setelah mencium punggung tangan kanan Papa, Mama, dan Nenek yang asyik menyiram bunga di depan. Kukayuh sepedaku sekuat tenaga. Andai sekolahku dekat dengan rumah, engga bakalan deh aku kelabakan kayak gini. Sekolahku jauh dari rumah sekitar 20 km dan harus ditempuh dengan kendaraan umum. Apalagi di daerah seperti ini, kendaraan umum akan penuh dengan anak sekolah, orang bekerja, bahkan orang yang hendak pergi ke pasar.
Kulirik arloji yang melingkar manis di tanganku yang manis pula. 06.38. Mampus kalo engga segera dapet kendaraan umum, kuletakkan sepeda di tempat penitipan sepeda langgananku tak lupa ku sapa Om Iwan pemilik tempat penitipan yang sedang asyik membaca koran di beranda rumahnhya. Kucari-cari Icha, temanku yang biasanya menemaniku menunggu di pertigaan, tapi sepertinya sudah berangkat duluan tuh bocah.
“Terminal...terminal...jorongan....jorongan...”seru seorang kernet dari atas mobilnya.
Tanpa basa-basi langsung saja kunaiki mobil besar yang biasa disebut bison atau di kota yang sekarang kutinggali ini disebut kol. Engga tau deh kol putih apa kol merah, bisa dibuat cap cay atau engga.
Kol pun melaju dengan kecepatan sedang, tak berani terlalu ngebut soalnya mereka juga harus kejar setoran mencari penumpang. Di dalamnya terdapat beberapa anak SMP sepertiku tapi tak ada satu pun yang aku kenal, sepertinya dari sekolah sebelah kemudiaN seorang ibu-ibu paruh baya dengan jamu gendongnya dan seorang ibu-ibu yang memakai baju pegawai negeri dan seorang bapak-bapak yang dengan asyiknya menyulut rokok kretek yang sebenernya sangat mengganggu buat orang-orang di sekitarnya.
Tak lama kol pun berhenti di sebuah pertigaan, aku menghela nafas melirik arloji. 20 menit lagi mau engga mau harus sampe di sekolah, beruntung sekali sekolahku berada di pinggir jalan, dan beruntung lagi karena kota kecil ini tidak pernah kena penyakit seperti macet seperti kota kelahiranku, Surabaya.
“Hai.”seorang cowok berkacamata menyapaku, “Kamu kan yang kemaren ke ruang OSIS?”
Yap! Bisa ditebak sendiri deh, siapa gerangan yang menyapaku. Kak Fajar.
“Eh, hai. Kakak yang di ruang OSIS itu kan?”ujarku berbalik tanya.
“Wah, naek kendaraan umum juga ya?”tanyanya lagi. Aku tersenyum.
Dan akhirnya aku terlibat dalam perbincangan yang seru dengan cowok berkacamata yang bernama Fajar ini. Bahkan kami pun sering berangkat dan pulang sekolah bareng dengan Icha tentunya. Dan sepertinya dia telah membuatku nyaman berada di sampingnya. Begitu juga sebaliknya, sepertinya Kak Fajar pun merasakan hal yang sama.
Hingga akhirnya...
“Kamu sama Icha sudah lama kenal?”tanyanya.
“Iya, kita satu komplek. Lagian kita udah satu sekolah sejak dari TK, jangan sampe deh SMA satu sekolah lagi.”guyonku. Kak Fajar tersenyum, ada sesuatu dalam senyumnya yang entah kenapa membuatku tak nyaman dan ingin segera beranjak dari kantin.
“Icha uda punya pacar belum?”tanyanya tiba-tiba.
Tepokz jidat! Tapi dalam hati ding, entar aku dikira suka lagi sama Kak Fajar. Aku tersenyum, tapi entah kenapa agak kupaksakan.
“Setahuku sih belum, Kak. Kenapa? Oh...Putri tau ni...kamu su...”
Dengan sigap Kak Fajar membekap mulutku.
“Ssssttt...jangan rame-rame...udah lama aku perhatiin dia. Menurutmu gimana?”
“Sikaaaat.”seruku.
Cowok manis itu garuk-garuk kepala, engga tau deh kenapa, rambutnya banyak kutunya kali, lalu berbisik, “Sikat gigi maksud lu? Serius Putri...aku pengen kamu nyomblangin aku sama dia. Gimana?”
Aku pun memasang tampang sedang berpikir, padahal ya sebenernya engga berpikir.
“Bisa aja sih...tapi Putri engga janji ya, Kak. Soalnya Icha tuh...”belum selesai aku bertanya, Si Fajar pun berteriak, “Ya ampun, ada rapat OSIS. Oke mohon bantuannya Putri cantik. Bye!”serunya sambil ngelonyor pergi.
Dasar cowok ganteng. Bisa aja bikin orang ge-er. Eh ups...emang aku ge-er? Hahaha....ya iyalah, aku kirain dia suka sama aku. Ehhh...untungnya aku engga pernah berpikir buat suka sama dia. Untung paman si donal bebek, kwak kwik kwek keponakan donal bebek, desy pacar donal bebek.
“Kamu Putri, ya?”seseorang menyapaku saat aku hendak membayar teh botol siang itu. Aku menoleh pada cowok yang berdiri di sebelahku.
“Eh, iya.”
“Kamu kenal kan sama Fajar? Anak kelas VIII-D?”tanyanya lagi, aku mengangguk, “Kok bisa ya, anak itu suka sama anak macam kamu?”ujarnya lagi sembari berlalu.
Ku tertegun, sepertinya kata-kata itu baru saja membuatku tersinggung. Emang aku cewe macam apa? Engga pantes buat disukai? Engga pantes ditaksir cowo seganteng Fajar? Enak saja. Tapi aku baru teringat, bukannya tadi pagi Si Fajar itu baru saja bilang kalau dia suka sama Icha? Bingung menyelimuti.
Sudah tiga hari tiga malam aku tak berjumpa dengan cowok ganteng itu, sudah tiga hari tiga malam pula aku belum bercerita tentang perasaan Fajar pada Icha, bahkan suda tiga hari tiga malam aku memikirkan kata-kata temannya Fajar itu, daaaan sudah tiga hari tiga malam bang Toyib engga pulang-pulang. Hufft...
Bingo!
Akhirnya aku menarik kesimpulan meskipun terkesan agak Ge-Er tapi engga apa-apalah. Begini bunyinya, Sebenernya Si Fajar itu suka sama aku tapi karena teman-temannya kelihatannya melihat aku seperti cewek urakan, udah kecil, kumel, rambut engga pernah disisir maka dari itu Fajar memutuskan untuk suka pada temanku Si Icha agar kedekatanku dengan dia selama ini tidak berakhir dengan malu-maluin. Entah itu malu malu kucing atau putri malu, ups...itu mah namaku.
Tapi semenjak itu pula intensitas kami berangkat dan pulang sekolah bareng hanya berdasarkan pada kebetulan saja, tidak seperti biasanya. Dan cowok yang menurutku emang ganteng di luar dan di dalam tak pernah mengungkit-ungkit soal pembicaraan terakhir yang kita bahas di kantin pagi itu. Tapi aku beruntung masih bisa berteman dengannya hingga akhirnya tulisan ini diterbitkan, hingga aku sudah menjadi seorang mahasiswi di universitas negeri di tempat kelahiranku, Fajar pun juga menuntut ilmu di universitas yang sama meski pun beda fakultas dan masih menjalankan hubungan pertemanan yang baik dengaku.
selengkapnya...

Tuesday, September 14, 2010

balada cinta monyet : Tragedi di Balik Pintu

trouble maker by pratiwi hape at Tuesday, September 14, 2010 3 omelan


Aku jadi teringat akan sebuah cerita percintaan picisan yang pernah aku alami semasa smp. Well, di mana disebutkan di sana kata orang banyak terjadinya cinta monyet. Yang bener aja cinta monyet, pertama kali aku denger istilah yang menurutku aneh ini terbayang beberapa definisi aneh yang tiba-tiba muncul begitu saja di otakku. Engga tau kenapa sih otakku ini selalu saja menampilhan hal-hal aneh dan begitu negatif, si mama salah ngasih vitamin otak kali ya.
Aku mulai mengamati seorang cowok waktu aku masih duduk di kelas 5 sd. Namanya Hendra, temen sekelasku. Sebenernya dia murid baru pindahan dari Jakarta waktu masih kelas 3 tapi belum nyadar sebelumnya kalo nih cowok ternyata asyik juga atau dalam film ABG dibilang cool (emang kulkas adem). Anaknya lucu, konyol dan terkenal dengan sebutan “Hendra ganteng”, bahkan aku engga tau waktu itu ukuran ganteng iku kayak apa. Tapi yang jelas waktu itu aku ngefans banget sama yang namanya nobita. Dan mungkin emang cowo ganteng itu kaya Nobita kali ya.
Waktu itu aku masih duduk di bangku SMP, masi dongo, apalagi tentang masalah cinta. kalau kalian nyari aku di tempat ramai, cari aja anak pendek, kecil, item, kumel, rambut awut-awutan, selengekan dan terkesan dongo karena tentang cinta yang kutahu hanyalah kata-kata I Love You yang biasanya diutarakan di film film ABG yang biasa kutonton tiap sore yang diucapkan oleh si ABG cowok kepada si ABG cewek dengan membawa setangkai bunga mawar berwarna merah, kemudian si ABG cewek menerima bunga itu menciumnya dan juga berkata ‘I Love You’.
Padahal aku pernah nyoba nyium bunga bawar yang ditanam si mama di halaman depan dekat kolam ikan. Kucoba berkali-kali tapi tak pernah aku rasakan baunya, yang kucium malah keringkat tuan ikan yang tercampur dengan air kolam.
Ada seorang cowok dikelasku yang bernama Riand, anaknya supel, sedikit gendut tapi engga gendut-gendut amat, pinter nge-drum dan yang terpenting dari cowok yang telah kupelajari dari Ana teman sebangkuku adalah dia tajir alias kaya. Dia suka sekali menggodaku bahkan sering meneleponku, menurut Ana, Si Riand tuh suka sama aku. 
“Semalem nelpon lagi?”tanya Ana, aku mengangguk sambil terus menikmati mie ayam sebelum bel masuk berkumandang pagi itu.
“Sepertinya lu bakalan dapet surprise deh hari ini.”ujar Ana lalu meninggalkanku dengan sebungkus mie remes di tanganya.
Benar saja, istirahat pun tiba. Aku berjalan melalui koridor menuju kantin untuk mengisi perutku yang sudah mulai berkokok. Kulihat tadi Si Ana sudah tidak ada di kelas, anak itu cepat sekali perginya. Sepintas aku sempat melihat Si Riand berdiri di depan kelas sambil memandangku dan Si Ana sudah ada di koridor tengah menantiku.
“Putri!”serunya.
“Gue cariin Lu ternyata di sini, ayo ke kantin, udah laper gue.”
“Dasar perut karet. Ntar ah, ada sesuatu nih buat lu.”ujarnya sambil menyeretku kembali menuju kelas. Di depan kelas ternyata Riand telah menunggu, cowok itu pun menarik tanganku menuju belakang pintu kelas. Dan disinilah tragedi di balik pintu terjadi.
“Ada apa?”tanyaku.
“Ada yang mau gue...ng...ng...”katanya gugup. Dalam benakku cuman ada sepiring batagor yang bakalan bikin ayam-ayam di perutku berhenti berkokok.
“lu mau ngentut?”tanyaku, Riand menggeleng, “terus?”
“Gue sayang lu, mau engga lu jadi pacar gue?”tanyanya. aku ngakak, bingung, jadi gini rasanya di tembak cowo. Kulirik Ana yang menatapku dengan pandangan sinis.
“Kok ketawa, Put? Gimana?”
“Ngg...Ng..”busyet ganti aku deh yang mau kentut gara-gara kebanyakan ketawa, “Maaf, Yand, aku engga bisa. Bye!”seruku lalu pergi meninggalkannya menuju kantin. Gila aja, kalo engga segera kuisi nih perut, kena magh bisa berabe.
Sepanjang pelaaran Ana tak berkata apa pun. Setiap ku bertanya, dia hanya memalingkan muka. Heran juga, ada apa dengan nih anak? Apa gara-gara kejadian istirahat tadi. Aku hanya bisa gigit pensil.
“Hai kecil!”sapa Tama, cowok dari kelas sebelah yang jago sekali maen gitar. Aku tersenyum, cowok itu pun berlalu. Aku memandang punggung cowok yang entah mengapa membuatku tak pernah bosan memandangnya.
“Liat apa lu?”sebuah suara mengagetkanku.
“Na? Lu...”
“Lu jahat banget sih...”serunya.
“Jahat apa lagi?”
“Bukan gitu cara nolak cowok.”dengusnya lalu pergi meninggalkanku.
Dan sejak itu, Ana tak pernah lagi berbicara denganku. Wahhh aku baru sadar, kalo cinta pun bisa merusak persahabatan, entah bagaimana caranya. Bahkan aku masih belum mengerti, salah apa waktu itu aku sama Ana.
Bersambung...
selengkapnya...

Monday, September 13, 2010

Arti Sebuah Ciuman

trouble maker by pratiwi hape at Monday, September 13, 2010 3 omelan

Sore ini ketika penyakit saya sudah mulai kumat (baca:malas mandi) saya memutuskan untuk browsing-browsing. Siapa tau tiba-tiba lihat informasi menarik, ternyata bener kan...tak sengaja aku membuka http://detik.com dan mata saya tertuju pada sebuah artikel yang berjudul "Arti Sebuah Ciuman" hahahaha...pengen tau ? Baca terus tulisan ini ;)


Aku baru tau kalau setiap ciuman itu bisa mempunyai arti yang berbeda-beda. Dalam benakku aku hanya berpikir kalau ciuman itu adalah hadiah yang diberikan kepada mereka yang kita sayang sebagai tanda bahwa kita sangat menyayangi mereka. Bahkan seorang temanku (http://www.facebook.com/profile.php?id=100000512367738) pernah berkata padaku bahwa ciuman di bibir itu banyak sekali manfaatnya. Tapi sayangnya tuh anak engga mau menjelaskan lebih detail lagi, padahal kan aku curious banget --"


Ada beberapa ciuman dengan arti berbeda-beda. 


Ciuman di pipi
Merupakan bentuk dari rasa kasih sayang, dukungan dan keterlibatan. Ciuman pada pipi belum tentu seseorang menyukai Anda. Dalam dunia entertainment dan fashion, ciuman di pipi terkadang hanyalah basa-basi.

Ciuman di bibir
Menyiratkan gairah, ungkapan cinta yang disertai dengan tindakan. Jika dilakukan secara cepat, atau hanya nyaris menyentuh bibir satu sama lain, mungkin hanya berarti sebuah persabatan.

Ciuman pada telinga
Tindakan ini merupakan niat gairah seksual dan kekuasaan. Ini mungkin bukan berdasarkan dari hati yang tulus namun hanya sekedar bermain-main.

Ciuman di tangan
Baik pada wanita atau pria, ciuman menyiratkan kekaguman, kelembutan atau keinginan untuk dicintai. Selain itu menyatakan kepercayaan. Dalam beberapa kalangan, ciuman di tangan berarti rasa hormat dan respek.

Ciuman disertai pelukan
Ketika dua insan dalam kontak yang dekat, ciuman yang disertai pelukan merupakan ekspresi dari kasih sayang yang kuat.

Ciuman disertai dengan tatapan yang dalam
Orang yang menerima ciuman ini akan merasa amat dicintai, entah itu pada wajah ataupun bibir.

Sebenarnya ciuman itu dapat menjaga kesehatan kita, karena otot-oto pada muka, bibir, serta leher kita bergerak dan merupakan simbol romantisme dan menandakan dua orang yang tak ingin terpisahkan.  Bahkan menurut penelitian, berciuman selama 15 menit dapat membakar kurang lebih 30 kalori.
Eits tapi pliss jangan dipraktekin di tempat umum ia kalo gag mau disemprit sama satpol pepe, dimaki-maki sama pak RT, dijewer bu guru atau disemprot sama bokap. Hahaha .
Oh My God sudah cukup deh ngobrolin tentang ciuman, jadi pengen dicium ini. hhahaha...

selengkapnya...

Sunday, September 12, 2010

Jilbab Oh... Jilbab

trouble maker by pratiwi hape at Sunday, September 12, 2010 3 omelan

Beberapa hari yang lalu umat muslim baru saja merasakan Hari Raya, Hari kemenangannya yang disebut dengan Hari Raya Idul Fitri. Euforia itu pun masi terasa hingga sekarang bahkan mungkin seminggu ke depan. Tak terkecuali dengan saya. Sebagai ummat muslim saya sangatlah antusias menyambut datangnya hari nan fitri, dimana Allah menjanjikan pengampunan dosa pada kami. 


Tapi di sini aku tak ingin membahas tentang hari raya idul fitri ini, pikiran saya tertuju pada sebuah jilbab punya mami yan berserakan di kamar karena si mami lagi pilih-pilih jilbab matching pada malam takbiran untuk digunakan keesokan harinya. Saya membayangkan, apakah aku akan terlihat cantik kalo pake jilbab? hahaha...

Sebenernya islam menganjurkan atau mungkin bahkan mewajibkan wanita muslim untuk berjilbab atau istilahnya menutup aurat mereka. Pada QS Al-Ahzaab telah dituliskan bahwa "Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang-oarang beriman, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka"
Dan indahnya lagi, dalam islam tidak menentukan corak atau model yang harus dikenakan, yang terpenting itu menutup aurat kita yaitu seluruh anggota tubuh kecuali muka dan telapak tangan, tidak tipis atau tembus pandang, tidak mencetak bentuk tubuh, tidah bergambar yang tidak disenangi Allah, dan tidak menyerupai model milik laki-laki.

Tapi entah kenapa aku berpikir kalo memakai jilbab itu harus dengan hati yang matang dan didahului dengan menjilbab hati terlebih dahulu. Sedikit terbesit dalam hatiku untuk menggunakan busana muslimah. Semoga hal itu akan segera terealisasikan. Amien :)
selengkapnya...

Love Story

trouble maker by pratiwi hape at Sunday, September 12, 2010 0 omelan

Kalo orang bilang sekarang tanda-tanda kiamat sudah mulai muncul, wahh rasanya ngeri juga sih. Tapi boleh juga kita buktikan hal itu dalam kitab suci kita masing-masing. Salah satu yang ramai diperbincangkan adalah begitu cepatnya waktu berlalu, ya kira-kira seperti itulah. Itulah hal yang sedang aku rasakan sendiri, sudah 5 bulan lamanya aku telah menjalin hubungan dengan seorang cowok yang bisa dibilang saat ini adalah someone who I Love So. So sweet...but there's really happened. 

Cerita kami sangat panjang, dan tak pernah juga aku sangka bakal berakhir dengan indah. Awalnya kami hanya teman biasa hingga tanpa disengaja terbentuk komitmen untuk lebih dekat menjadi seorang sahabat, tempat curhat, berbagi cerita, sharing, melepas penat, hingga akhirnya kami merasakan hal tak biasa dalam dada yang bergemuruh dengan hebatnya, well there's love between us. Tapi saat itu kenyataan tak seindah yang sedang kami rasakan, walau pun kami telah mengatakan betapa kami saling menyayangi tapi tak ada effort dari kami untuk memperjelas status kami. Aku sangat mengerti tentang komitmen kami tentang arti persahabatan, tapi lama kelamaan timbul sebuah tanda tanya besar dalam hati dan inginnya memperjelas status kami. Dan dia mengerti. 


Well, here we are. SuperCouple I said. 


Tapi memang, sebuah hubungan tak selalu sedamai yang diinginkan, banyak sekali perbedaan pendapat di dalamnya, sering sekali kesalahpahaman menghampiri kami, tapi aku yakin selama kami tau bahwa kami saling menyayangi. There's not factor who can make us to be broke. 

But, he must know, I am a jealous person with every girl arround him. Tapi aku belajar, untuk bisa menempatkan diri. Hal itu membuatku lebih dewasa dalam mengatasi segala masalah. 
Aku berdoa, semoga saja semua masalah yang menimpa aku, kamu, kami, dapat membuat kita lebih dewasa.

selengkapnya...

 

ExtraOrdinary Life Copyright © 2010 Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by Emocutez